Tugas DM2 (Dauroh Marhalah 2)
30 Agustus 2012
Hijrah
dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW adalah sebuah metamorfosis dari “gerakan”
menjadi negara. Rasulullah melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis,
dimana Islam menjadi jalan hidup individu, dimana Islam “memanusia” dan
kemudian “memasyarakat”. Sekarang melalui hijrah, masyarakat bergerak linear
menuju negara. Melalui hijrah, gerakan itu “menegara”.
Perubahan sosial mempunyai landasan pada sifat
natural manusia, baik sebagai individu
maupun masyarakat. Model perubahan selalu gradual dan bertahap, prosesnya
cenderung evolusioner tapi dampaknya lebih cenderung bersifat revolusioner.
Inilah makna firman Allah SWT. “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka
sendiri.” (Ar-Ra’d:11).
Dalam konsep politik islam, syariat yang disebut sistem
atau hukum merupakan suatu given.
Negara merupakan institusi yang diperlukan untuk menerapkan sistem. Sehingga
dalam penjelasan ini akan menerangkan perbedaan mendasar dengan negara sekuler,
dimana sistem/ hukum mereka adalah hasil dari produk kesepakatan bersama karena
hal tersebut sebelumnya dianggap tidak ada.
Negara merupakan sebuah peradaban, dimana institusi
negara dalam konsep islam ialah sarana untuk menegakkan sebuah peradaban.
Negara bukanlah sebuah akhir, justru merupakan awal dari sebuah peradaban.
Manusia adalah subyek, negara adalah institusi, dan peradaban adalah karyanya.
Nasionalisme yang menjadi ruh dari konsep negara-bangsa mulai memudar dan
nasionalisme religius muncul sebagai alternatif baru di negara-negara islam.
Permasalahan negara bukan merujuk pada bentuk, tapi pada konsep kekuasaan, dan
misi yang akan diemban yang bisa merujuk pada ideologi atau kepentingan.
Manusia untuk sebuah cita-cita, manusia muslim harus
direkonstruksi ulang dalam tiga tahapan dimana yang pertama memperbaharui
afiliasinya kepada islam kembali, memperbaharui keislaman dengan memperbaiki
pemahamannya pada islam, dan partisipasi paling optimal dalam memberikan
kontribusi kepada islam.
Proyek sekularisasi gagal di dunia islam, dapat
dijelaskan dalam dua perspektif yaitu akidah dan rasio. Secara akidah,
kegagalan hanyalah pembuktian empiris dari janji Allah SWT. Penjelasan
rasionalnya yaitu kekuatan sekuler tidak bersumber dari dunia islam tapi dari
Barat atau dari Timur, rezim-rezim diktator telah menciptakan penderitaan
rakyat yang panjang, kegagalan membangun telah menghilangkan kepercayaan
masyarakat terhadap janji-janji modernisasi, gerakan tidak pernah sanggup
membawa konsep-konsep pemikiran yang original, komprehensif, berlandaskan
metodologi yang kokoh, dan output empiris yang sukses. Itulah, disamping karena
secara substansial memang kosong, secara struktural gerakan ini sangat rapuh.
Pemimpin sesuai era dakwahnya, nampaknya memang ada
kesulitan bagi sebagian besar pemimpin Islam saat mempersepsi perjalanan dua
entitas secara berbeda yaitu entitas negara dan gerakan islam. Dalam periode
dakwah saat ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang kuat dan memiliki kemampuan
kepemimpinan yang mumpuni untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Selain itu,
pemimpin juga tentu seorang demokrat yang memberi ruang gerak yang luas dan
nyaman bagi umat islam yang tumbuh dan berkembang sekaligus memiliki empati terhadap
harakah dan memberikan ruang partisipasi yang besar dalam proses pengelolaan
negara. Harakah harus memainkan peran sebagai pelopor koalisi besar kekuatan
Islam dan reformis, sekaligus sebagai match-maker
(penyelaras) dalam koalisi.
Hasan Al-Banna, memang tidak sempat menyelesaikan seluruh
agenda kebangkitannya. Namun ia telah memulainya dengan benar sesuai
tahapannya. Sebagian organisasi islam mati bersama matinya pemimpinnya. Tapi
tidak bagi ikhwan. Walaupun Al-Banna merupakan legenda, sebuah organisasi harus
tetap dikelola dengan sistem. Ia telah merancang sistem hingga sistem ini
bekerja bahkan setelah ia syahid.
Penjelasan Dari Gerakan ke Negara merupakan penjelasan
yang sangat komprehensif, dimana menjelaskan dari tahapan penegakan negara oleh
rasulullah, hingga kebangkitan dakwah rasulullah zaman Hasan Al-Banna dan masa
reformasi indonesia serta wacana-wacana politik barat dan manajemen transisi
dalam menata ulang taman Indonesia. Dari Gerakan ke Negara dalam penyampaiannya
terlalu fluktuatif sehingga kata-kata agak sulit dipahami. Manusia adalah
subjek, negara adalah institusi, dan peradaban adalah karyanya. Manusia,
peradaban, dan model negara seperti apakah yang mampu mewujudkan cita-cita
mulia bagi rahmatan lil ‘alamin? Anda sedang mempersiapkan diri menjadi model
manusia sebagai subjek bagi terlahirnya sebuah negara dan peradaban yang penuh
kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan. Kader dakwah yang mempersiapkan diri
membangun negara dari sebuah gerakan. –SN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Termakasih atas pesannya.. Mari tulis yang baik :)