BREAKING

Minggu, 16 Februari 2014

Al Furqon Aura Kehidupan


 -30 Juli 2012- 
Surgaku adalah lembah penuh bukit
Berkelok seperti pikiranku yang terjal ditelan bulan
Lentera kecil tak mampu membawaku kesana,
Sampai aku lelah menghitung jejak tanah penuh tapak
Sang Khalik memanggil penuh arti,
Seakan menorehkan senyum kerang di ujung samudera,
Terentang ganggang pantai menuju muara
Menarikan pujian tanpa suara
Dzikir ombak bergelegak di dasar bayanganku
Tahajjud jalan kuyup bersikelok membawaku dalam naungan sang bidadari
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-Ma’idah : 15-16)
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil).... (Al-Baqarah: 185)
Al-Quran merupakan kitab yang syamil dan mutakkamil. Al-Quran sebagai penyejuk hati, yang menggugah hati, namun eksistensinya banyak dari setiap insan yang kurang menyadari esensi dari kalam Allah. Bukan karena manusia yang minim akan perkataan indah Allah namun karena kebutuhan akan pembelajaran hati untuk menyentuhnya terkendali oleh diri dan jiwa insan. Tak dipungkuri juga banyak insan setiap hari membaca Al-Quran namun tak memahami arti dan mengaplikasikan isi dari Al-Quran. Padahal banyak sekali keutamaan dari Al-Quran. Sehingga sampai detik waktu, sang muslim akan dipenuhi berbagai tanda tanya mengapa ia berada dalam suatu kehidupan.
Nampaknya perlu diistimewakan kalimat “Makanan terbaik bagi hati adalah keimanan, obat terbaiknya adalah Al-Qur’an”. Pemahaman ini akan merujuk pada nikmatnya menggali ilmu al-Qur’an. Al-Furqon merupakan obat hati yang paling manjur ketika sang insan mendapati sebuah cobaan kegelisahan, kebimbangan, keresahan maupun penurunan kualitas keimanan lain. Sungguh, Al-Quran merupakan penyempurna kekuatan hati. Bila kekuatan Al-Quran tak mampu menggoyahkan hati kita, maka bisa jadi jiwa dan nurani kita kurang menghayati keimanan kita. Alunan Al-Furqon yang menyejukkan, menenangkan, dan menggelorakan. Itulah mungkin suatu penjabaran dari definisi sebuah kehidupan. Hidup adalah simfoni yang kita mainkan dengan indah. Al-Quran merupakan nafas jiwa dan ruh yang menggelora dalam hati. Ia merupakan jendela cinta dan sarana komunikasi kita pada Sang Khalik. Perlu sebuah keserasian dan harmoni untuk menyatukan kehidupan dengan cinta-Nya. Sehingga rangkaian batin, nurani, dan jiwa serempak menghasilkan ketergantungan produktif pada kalam Allah bak daun yang menggantungkan dirinya pada sang air dan sang matahari untuk berfotosintesis.
Al- Furqon membingkai romantika perjuangan dalam setiap aktivitas nadi dan jiwa kita. Tanpanya seluruh nilai pikiran dan perasaan akan hilang dilanda sebuah kerinduan akan alunan panjinya. Cahayanya memvisualisasi sebuah kekuatan kesatuan, keagungan, keluhuran dan ketinggian yang melahirkan taman kehidupan yang indah. Gelora magnetiknya selalu mengingatkan kita akan pesona keindahan rangkaian kalimatnya. Jiwa akan tergerak untuk menikmati kaidah keagungannya. Bukan hanya sebuah icon, namun merupakan penggugah jiwa prajurit yang dibariskan hingga saling melembut dan menyatu. Al-Quran adalah sebuah kebutuhan eksistensial yang sangat mengagumkan dan mengikat insan manusia.
Al-Quran merupakan aura kehidupan, dimana setiap insan yang membaca akan merasakan hamparan keindahan al-quran, merasakan denyut nadi kehidupan, merasakan alasan merakit pemaknaan tiada batas terhadap kehidupan. Ia membuat insan yang mendendangkan merasa hidup. Sebab ia menebar benih kehidupan di ladang hati kita. Aura kehidupan. Tepat, aura kehidupan. Kehidupan itu nyata pada setiap hembusan nafas kita, pada setiap detak jantung kita, pada setiap jengkal tubuh kita, pada setiap langkah kaki kita, pada setiap uluran tangan kita, pada setiap kedip mata kita, pada setiap kata dan suara kita. Benar, aura kehidupan. Sebab ia mengomplekskan tiga pesona utama para perindu surga: pesona raga, pesona jiwa, dan pesona ruh.

Ketiga pesona tersebut terbingkai rapih pada sebuah “akal besar“ yang menerangi kehidupan rabbaniyah. Maka mendekatlah pada-Nya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan serasa mengalir pada setiap sudut jiwa dan ragamu. Pahamilah kata – kata-Nya, maka engkau kan merasakan betapa engkau layak dan pantas mendapat kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang lebih baik. Dan jika Allah mengizinkan jiwa kita merasakan sentuhan keindahan-Nya, niscaya kita kan merasakan betapa air kehidupan mendidih dalam tubuh kita. Dan jika Allah memperkenankan kita hidup lama, niscaya kita kan merasakan betapa perlindungan-Nya membuat kita terengkuh dalam rasa damai, aman, dan nyaman. Namun masihkah kita diberi kesempatan oleh-Nya untuk berdiri kokoh di dunia lebih lama? Masihkah kita menunggu dan mengharapkan kesempatan kedua dari-Nya?

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.(Faathir:29)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al-Qasash : 77). ALLAHU AKBAR !!! - SN-
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Termakasih atas pesannya.. Mari tulis yang baik :)