BREAKING

Jumat, 29 Maret 2013

Magma & Batuan Beku Geokimia


MAKALAH
MAGMA DAN BATUAN BEKU
Diajukan untuk memenuhi Tugas Geokimia
Semester Ganjil



Disusun Oleh :
Diah Kurnia Sari
Sugiarti Norvia





JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Petrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan tersebut dan hubungannya dengan proses – proses geologi dan sejarah geologinya.
Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal – kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal – kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik. Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (continuous) dan tidak menerus (discontinuous).
Gambar 2.1 Siklus Reaksi Bowen
Dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas lebih lanjut mengenai magma, dan batuan beku yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca bagaimana proses terbentuknya batuan beku melalui magma.

1.2  Rumusan Masalah
Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal – kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Oleh karena itu, penulis akan membahas proses pembentukan batuan beku melalui magma dalam makalah ini yang diharapkan mendapatkan data lengkap mengenai proses pembentukan batuan beku oleh magma yang nantinya akan mempengaruhi terhadap tekstur dan struktur primer batuan beku tersebut.
1.3  Tujuan
  1. Mengetahui definisi magma dan batuan beku.
  2. Mengetahui struktur batuan beku.
  3. Mengetahui tekstur batuan beku.
  4. Mengetahui jenis batuan beku (Batuan Beku Fragmental dan Batuan Beku Non Fragmental).
  5. Mengetahui klasifikasi dan penamaan batuan beku.
  6. Mengetahui contoh-contoh batuan beku.
  7. Mengetahui cara mengidentifikasi jenis batuan beku.














BAB II
ISI

2.1 MAGMA DAN BATUAN BEKU
2.1.1 DEFINISI MAGMA
Magma adalah cairan atau larutan slikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile (cairan yang bergerak), bersuhu antara 900-1200oC atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari        :
1. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor element, yang terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, dan P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2.
3. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb
Bunsen mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma primer yaitu basaltic dan granitic . Sedangkan batuan beku merupakan campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.


2.1.2 DEFINISI BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar yang kita kenal dengan nama magma.



2.2 STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk dilingkungan air, lava bongkah dan struktur lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Berikut ini adalah  macam-macam struktur batuan beku, diantaranya   :
1. Massif, apabila tidak menunjukan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow lava merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh massa berbentuk bantal, dimana ukuran dari bentuk ini umumnya antara 30-60 cm dan jejaknya berdekatan.
3. Vesicular merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah tertentu dan teratur, lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.
4. Scoria, sama seperti vesicular tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.
5. Amgdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluarnnya gas terisi oleh mineral-mineral skunder seperti zeolite, karbonat, dan bermacam slika.

2.3 TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan antar massa dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
1. Derajat kristalisasi
Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a. Holokristalin            : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
b. Hipokristalin            : apabila batuan tersusun oleh massa gelas dan massa kristal.
c. Hypohyalin              : massa dasar lebih banyak daripada massa kristal.
d. Holohyalin              : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa gelas.
2. Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, berbentuk sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir yaitu afanitik dan faneritik.
a. Afanitik : apabila ukuran butir individu kristal ini sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa kristal, massa gelas atau keduanya.
b. Faneritik : kristal individu yang termasuk kristal faneritik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran, yaitu        :
1) Halus, ukuran diameter 1 mm
2) Sedang, ukuran diameter 1-5 mm
3) Kasar, ukuran diameter 5-30 mm
4) Sangat kasar ukuran 30 mm
c. Porfiritik : tekstur pada batuan beku dimana kristal yang berukuran besar tumbuh bersama dengan kristal yang berukuran kecil.
3. Bentuk Butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal ada tiga macam bentuk butir, yaitu     :
a. Euhedral, apabila bentuk Kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
b. Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
c. Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang tidak sempurna.

2.4 JENIS BATUAN BEKU (BATUAN BEKU FRAGMENTAL DAN BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL)
2.4.1 BATUAN BEKU FRAGMENTAL
Batuan beku fragmental sering juga disebut dengan piroklastik (pyro = api, klastika = butiran / pecahan). Secara defenitif batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan tersebut mengalami litifikasi sebelum atau sesudah mengalami reworking oleh air ataupun es. Bahan-bahan piroklastik secara genesa dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu    :
1. Bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara. Jika bahan tersebut jatuh pada lereng vulkan yang curam maka dapat terjadi gerakan yang disebabkan oleh gravitasi. Tumpukan jatuhan piroklastik (tepra) tersebut bila mengalami litifikasi akan menjadi batuan beku fragmental.
2. Bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi diangkut ke tempat pengendapan dalam medium gas yang keluar bersama dengan mekanisme glowing avalance. Bahan yang terendapkan mengalami litifikaso menjadi batuan beku fragmental. Pada jenis ini sering ditemukan struktur mirip dengan struktur yang ada pada batuan sediment misalnya silang – siur, laminasi atau gradasi.
3. Bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat ataupun di bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang. Bahan piroklastik tersebut tidak mengalami reworking dan tidak tercampur dengan bahan piroklastik. Pada jenis ini tidak didapatkan struktur–struktur sediment internal dan komposisi seluruhnya adalah bahan piroklastik. Bila dilihat dari paleoenvirontment maka jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.
4. Bahan – bahan piroklastik setelah dikeluarkan dari pusat erupsi jatuh pada air yang aktif ( mengalir atau bergelombang ). Sebelum mengalami litifikasi bahan–bahan tersebut mengalami reworking dan bias juga bercampur dengan bahan–bahan yang bukan piroklastik. Bahan–bahan tersebut kemudian terendapkan pada suatu tempat dan mengalami litifikasi. Pada jenis ini batuan menunjukkan adanya struktur-struktur sediment. Apabila klasifikasi bersifat genetik maka batuan sediment tersebut merupakan provenance piroklastik.
5. Bahan – bahan piroklastik setelah jatuh sebelum mengalami litifikasi, terangkut oleh media air atau es dan diendapkan di suatu cekungan pengendapan. Pada jenis ini dapat ditemukan adanya struktur-struktur sedimen. Apabila klasifikasi bersifat genetik maka batuan ini termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik.
6. Bahan – bahan piroklastik yang jatuh ke bawah mengalami litifikasi, kemudian mengalami pelapukan, tererosi dan tertansport kemudian diendapkan di tempat lain.
Jenis ini termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik. Istilah– istilah yang sering di jumpai, yaitu    :
1. Ash flow (tufls) – fragmental flow.
a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing – runcing hasil endapan piroklastik ( Fisher, 1960 ).
b. Ignimbrite adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas.
(MacDonald, 1972)
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada saat masih panas.

2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan/litifikasi ( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil konsolidasi material yang mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb sebanding atau lebih banyak dari abu vulkanik)
( widiasmoro dkk,1977 )
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang terelaskan, berasal dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50%
(macDonald,1972 dan Fisher,1958)
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu vulkanik atau bias juga lebih dominan abu volkanik
(Norton, 1917 dan MacDonald, 1972 )
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2–64 mm.
( fisher, 1961 )
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih dominan abu vulkanik
( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 )
g. Tuff adalah batuan yang tersusun atas abu vulkanik.

2.4.2 BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku instrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Dalam pengamatan batuan beku ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
A. Warna batuan
Warna batuan beku berkatan erat dengan kompoisi mineral penyusunnya, mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar, muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
2.5 KLASIFIKASI DAN PENAMAAN BATUAN BEKU
1. Klasifikasi berdasarkan ganesannya
a. Ekstrusif, batuan beku yang terjadi di permukaan bumi dengan waktu pendinginan yang sangat cepat sehingga kristal yang terbentuk sangat kecil atau bahkan tidak terjadi.
b. Gang, batuan jenis ini biasannya terjadi pada rongga yang menuju kepermukaan bumi, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Pembekuan batuan jenis ini terjadi lebih cepat dari pada pembekuan yang terjadi pada batuan beku dalam sehingga kristal-kristal yang terbentuk tidak sesempurna kristal pada batuan beku dalam.
c. Intrusive, batuan beku intrusive terjadi di dalam perut bumi atau jauh dari permukaan bumi, dengan proses pembekuan yang sangat lambat sehingga kristal-kristal terbentuk dengan sempurna.
2. Klasifikasi berdasarkan komposisi kimianya
a. Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2, contoh  : granite dan rhyolite
b. Batuan beku intermediet, bila batuan beku tersebut mengandung 52%-66% SiO2. Contoh batuan ini, yaitu : diorite dan andesite
c. Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45%-52% SiO2. Contoh :  basalt dan gabro
d. Batuan beku ultrabasa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2. Contoh        : peridotite dan dunite
3. Penamaan Batuan Beku
Adapun tahapan dalam penamaan batuan beku adalah          :
1. Tentukan jenis batuan (asam, intermediet, basa, ultrabasa) dengan mengamati warna batuan tersebut atau mengamati kehadiran mineral kuarsa serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan.
2. Jika mineral kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih atau batuan tersebut memiliki warna terang maka jenis batuannya adalah batuan beku asam.
3. Jika mineral kuarsa hadir dan kurang dari 10% atau batuan tersebut memiliki warna abu-abu hingga gelap hitam maka jenis batuannya adalah batuan beku intermediet atau batuan beku basa/ultrabasa. Pada batuan beku intermediet dicirikan dengan melimpahnya mineral ortoklas dan mineral plagioklas asam.
Pada batuan beku basa/ultrabasa : dicirikan dengan melimpahnya mineral plagioklas basa.
Catatan : Plagioklas asam umumnya relative lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa, tetapi pada kenyataannya
secara megaskopis sulitu untuk membedakannya. Untuk membedakannya kita melihat persentase mineral mafic yang
utama. Dimana:
Pada batuan beku intermediet : cenderung lebih banyak mengandung amphibole dari pada olivine dan
piroksen
Pada batuan beku basa/ultrabasa : mengandung lebih banyak olivine, pyroksen, dari pada amphibole
4. Tentukan kelompok batuannya
5. Tentukan sturuktur dan tekstur dari batuan tersebut
6. Tentukan nama batuannya dengan melihat komposisi mineral dengan mengkolerasikannya dengan table rossenbusch.


2.6 Contoh-contoh batuan beku
a. Granit (granite)
Warna                               : terang, abu-abu, putih, pink
Tekstur                             : faneritik, berbutir sedang kasar, ukuran kristal > 2 cm
Mineral utama                  : K-Felspar 2/3 bagian, kuarsa (SiO2) > 10 %
Mineral tambahan            : hornblenda, biotit, piroksen, muskovit, Na-amfibol, turmalin, sodalite
Tempat terdapat               : tajur (stock), lakolit, batolit
Kegunaan                         : bahan bangunan, monumen, prasasti, tegel
Keterangan                       : batuan beku plutonik, bersifat asam
b. Gabro (gabbro)
Warna                               : abu-abu gelap, hijau-tua hitam
Tekstur                             : ekigranular, beragam dari feneritik hingga porfiritik
Mineral utama                  : Felspar plagioklas 2/3 bagian, K-feldspar < 10 %, Ca-plagioklas, kuarsa (SiO2) < 10%, felspatoid < 10 % 
Mineral tambahan            : olivin, augit, biotit, piroksen
Tempat terdapat               : tajur, lakolit, batolit, lopolit
Kegunaan                         : konstruksi bangunan arsitektur
Keterangan                       : sering mengandung bijih besi (ilmenit, magnetit)
c. Peridotit (peridotite)/ piroksenit
Warna                               : hijau, hitam
Tekstur                             : faneritik, ekigranular
Mineral utama                  : K-Felspar < 10 %, kuarsa (SiO2) < 10 %, felspatoid < 10 %
Mineral tambahan            : hornblenda, biotit, piroksen
Tempat terdapat               : tajur (stocks), retas (skill, dike)
Kegunaan                         : material pelengkap dalam bangunan
Kimberlit adalah peridotit dengan komposisi piroksen dan olivin, merupakan batuan induk dimana dapat ditemukan intan.
d. Andesit (Andesite
Warna                               : abu-abu
Tekstur                             : afanitik
Mineral utama                  : K-Felspar < 10 %, kuarsa < 10 %
Mineral tambahan            : hornblenda, biotit, piroksen, Na-amfibol, felspatoid
e. Basal (Basalt)
Warna                               : abu-abu, gelap, hitam
Tekstur                             : afanitik
Mineral utama                  : K-Felspar < 10 %, kuarsa < 10 %, felspatoid < 10 %
Mineral tambahan            : hornblenda, biotit, piroksen, Na-amfibol, olivin, uralit
Tempat terdapat               : retas
f. Obsidian
Warna                               : hitam, hijau
Tekstur                             : gelas (amorf)
Mineral utama                  : Felspar 63 %, kuarsa 35 %
Keterangan                       : pada permukaan sering ditemukan bentuk “pecahan lokan” (choncoidal fracture), bulatan memancar (spherical body) warna putih berukuran kecil
g. Batu Apung (pumice)
Warna                               : putih, abu-abu, kuning, coklat
Tekstur                             : gelas, memiliki rongga di permukaan (vesicular glass)
Keterangan                       : komposisi mineral sama dengan obsidian, digunakan sebagai alat poles dan gosok (abrasive)
2.7 Cara mengidentifikasi jenis batuan beku
Tahapan pertama untuk pemberian nama batuan beku disini adalah dengan mengamati kehadiran kuarsa bebas serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan. Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuannya adalah batu beku asam, sebaliknya jika kuarsanya kurang dari 10% maka jenis batuannya adalah kalau tidak intermediate kemungkinan lain adalah basa.  Pada jenis intermediate dicirikan dengan melimpahnya ortoklas dan plagioklas asam (sodic plagioklas). Sedangkan pada jenis basa dicirikan dengan melimpahnya plagioklas basa (calcic plagioklas), plagioklas asam relative lebih cerah dibanding plagioklas basa. Tetapi pada kenyataannya secara megaskopis kita sulit untuk membedakan. Untuk membedakannya kita lihat prosentasi kandungan mineral mafik (yang utama).
Bowen berpendapat bahwa batuan basa mengandung mineral olivine dan piroksin lebih banyak dibanding mineral hornblende. Sebaliknya batuan menengah cenderung lebih banyak mengandung hornblende disbanding olivine dan piroksen. Namun keadaan ini tidak dapat selamanya dipakai, terutama pada batuan beku vulkanik. Pada batuan beku menengah sering ditemukan piroksen, seperti pada andesit dimana kehadiran piroksen melimpah sehingga sulit dibedakan dengan basalt. Untuk ini praktikan kembali pada prinsip W.T Huang 1962, dimana untuk batuan beku menengah banyak mengandung plagioklas asam (lebih cerah) sedang batuan beku asam banyak mengandung plagioklas basa (lebih gelap).





BAB III
KESIMPULAN

1.      Magma adalah airan atau larutan slikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile (cairan yang bergerak), bersuhu antara 900-1200oC atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas.
2.      Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan slika cair dan pijar yang kita kenal dengan nama magma.
3.      Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari      : senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma, senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2, serta unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb.
4.      Macam-macam struktur batuan beku, diantaranya : massif, pillow lava, vesicular, scoria, amgdaloidal.
5.      Jenis batuan beku ada 2, yaitu : batuan beku fragmental dan batuan beku non fragmental.









DAFTAR PUSTAKA

Matthews III, William H, 1967, Geology Made Simple, Made Simple Books, Doubleday & Company.Inc, Garden City, New York.
Pirrson Louis V, 1957, Rock and Rock Mineral, John Willey & Sons. Inc, New York.
Sysmes, Dr R.F, 1988,  Rock and Mineral, A Dorling Kindersley Limited, London 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Termakasih atas pesannya.. Mari tulis yang baik :)