BREAKING

Senin, 24 Februari 2014

Monolog dengan Semua Romansanya


Pikiranku meneobos jauh kesana, ya.. ketempat itu.. aku sangat merindukan tempat saat aku melihat banyak cahaya kecil dibalik hitamnya kabut senja.. aku sangat merindukan kunang-kunang peradaban yang dihadirkan sang Khalik ketika menata keindahan malamNya.. Meskipun aku sangat menikmati pelayaranku menuju samudra impianku, namun perjalananku tampak runyam tanpa kalian.. ya, kalian..

Entah apa yang membuat pikiran ini selalu bergejolak ketika memikirkan kalian malaikat kecilku, diri ini selalu bermonolog dg semua romansanya..

Sebelum tanganku berubah menjadi angin
menyapu seluruh senja, merenungi keusaian dari titik kabut,
tinggalkan lembah sajak pada kata-kata
hingga tandas seluruh makna tertelan arwah bulan.

Sebelum tanganku menjelma angin,
bangun bayang-bayang di matamu
seperti kastil yang roboh seribu tahun lalu di otakku,
menggulung mimpi-mimpi tanpa malam,
menepis cahaya berlumur abjad dan lafal doa,
saat tubuhku menjadi lebih ringan dari embun.

Kutukan malam mengantarku pada sunyi.
Gemeretak tulang-tulang bukit terdengar nyaring
menyerupai lolongan bidadari saat terbang bersama pelangi.
Kudirikan istana pasir di pantai selatan
untuk tidurmu bersama ombak.
Meski sedikit gemetar terdesak karang laut,
tapi kilaunya terus mengalir menuju pelir.

Sebelum tanganku berubah jadi angin,
angkatlah tinggi-tinggi gaunmu,
biarkan benangnya kusut seperti rambut malaikat di surga.
Suatu saat pantaiku akan menjemput keusaian
seperti istana pasir yang pernah kubangun
dan menggemakan lonceng di ujung menaranya
ketika istana kecilku
mulai tak berpenghuni,
Hanya debu yang terhempas
bersama sisa-sisa sang malam..

-SN-

Minggu, 16 Februari 2014

Al Furqon Aura Kehidupan


 -30 Juli 2012- 
Surgaku adalah lembah penuh bukit
Berkelok seperti pikiranku yang terjal ditelan bulan
Lentera kecil tak mampu membawaku kesana,
Sampai aku lelah menghitung jejak tanah penuh tapak
Sang Khalik memanggil penuh arti,
Seakan menorehkan senyum kerang di ujung samudera,
Terentang ganggang pantai menuju muara
Menarikan pujian tanpa suara
Dzikir ombak bergelegak di dasar bayanganku
Tahajjud jalan kuyup bersikelok membawaku dalam naungan sang bidadari
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-Ma’idah : 15-16)
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil).... (Al-Baqarah: 185)
Al-Quran merupakan kitab yang syamil dan mutakkamil. Al-Quran sebagai penyejuk hati, yang menggugah hati, namun eksistensinya banyak dari setiap insan yang kurang menyadari esensi dari kalam Allah. Bukan karena manusia yang minim akan perkataan indah Allah namun karena kebutuhan akan pembelajaran hati untuk menyentuhnya terkendali oleh diri dan jiwa insan. Tak dipungkuri juga banyak insan setiap hari membaca Al-Quran namun tak memahami arti dan mengaplikasikan isi dari Al-Quran. Padahal banyak sekali keutamaan dari Al-Quran. Sehingga sampai detik waktu, sang muslim akan dipenuhi berbagai tanda tanya mengapa ia berada dalam suatu kehidupan.
Nampaknya perlu diistimewakan kalimat “Makanan terbaik bagi hati adalah keimanan, obat terbaiknya adalah Al-Qur’an”. Pemahaman ini akan merujuk pada nikmatnya menggali ilmu al-Qur’an. Al-Furqon merupakan obat hati yang paling manjur ketika sang insan mendapati sebuah cobaan kegelisahan, kebimbangan, keresahan maupun penurunan kualitas keimanan lain. Sungguh, Al-Quran merupakan penyempurna kekuatan hati. Bila kekuatan Al-Quran tak mampu menggoyahkan hati kita, maka bisa jadi jiwa dan nurani kita kurang menghayati keimanan kita. Alunan Al-Furqon yang menyejukkan, menenangkan, dan menggelorakan. Itulah mungkin suatu penjabaran dari definisi sebuah kehidupan. Hidup adalah simfoni yang kita mainkan dengan indah. Al-Quran merupakan nafas jiwa dan ruh yang menggelora dalam hati. Ia merupakan jendela cinta dan sarana komunikasi kita pada Sang Khalik. Perlu sebuah keserasian dan harmoni untuk menyatukan kehidupan dengan cinta-Nya. Sehingga rangkaian batin, nurani, dan jiwa serempak menghasilkan ketergantungan produktif pada kalam Allah bak daun yang menggantungkan dirinya pada sang air dan sang matahari untuk berfotosintesis.
Al- Furqon membingkai romantika perjuangan dalam setiap aktivitas nadi dan jiwa kita. Tanpanya seluruh nilai pikiran dan perasaan akan hilang dilanda sebuah kerinduan akan alunan panjinya. Cahayanya memvisualisasi sebuah kekuatan kesatuan, keagungan, keluhuran dan ketinggian yang melahirkan taman kehidupan yang indah. Gelora magnetiknya selalu mengingatkan kita akan pesona keindahan rangkaian kalimatnya. Jiwa akan tergerak untuk menikmati kaidah keagungannya. Bukan hanya sebuah icon, namun merupakan penggugah jiwa prajurit yang dibariskan hingga saling melembut dan menyatu. Al-Quran adalah sebuah kebutuhan eksistensial yang sangat mengagumkan dan mengikat insan manusia.
Al-Quran merupakan aura kehidupan, dimana setiap insan yang membaca akan merasakan hamparan keindahan al-quran, merasakan denyut nadi kehidupan, merasakan alasan merakit pemaknaan tiada batas terhadap kehidupan. Ia membuat insan yang mendendangkan merasa hidup. Sebab ia menebar benih kehidupan di ladang hati kita. Aura kehidupan. Tepat, aura kehidupan. Kehidupan itu nyata pada setiap hembusan nafas kita, pada setiap detak jantung kita, pada setiap jengkal tubuh kita, pada setiap langkah kaki kita, pada setiap uluran tangan kita, pada setiap kedip mata kita, pada setiap kata dan suara kita. Benar, aura kehidupan. Sebab ia mengomplekskan tiga pesona utama para perindu surga: pesona raga, pesona jiwa, dan pesona ruh.

Ketiga pesona tersebut terbingkai rapih pada sebuah “akal besar“ yang menerangi kehidupan rabbaniyah. Maka mendekatlah pada-Nya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan serasa mengalir pada setiap sudut jiwa dan ragamu. Pahamilah kata – kata-Nya, maka engkau kan merasakan betapa engkau layak dan pantas mendapat kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang lebih baik. Dan jika Allah mengizinkan jiwa kita merasakan sentuhan keindahan-Nya, niscaya kita kan merasakan betapa air kehidupan mendidih dalam tubuh kita. Dan jika Allah memperkenankan kita hidup lama, niscaya kita kan merasakan betapa perlindungan-Nya membuat kita terengkuh dalam rasa damai, aman, dan nyaman. Namun masihkah kita diberi kesempatan oleh-Nya untuk berdiri kokoh di dunia lebih lama? Masihkah kita menunggu dan mengharapkan kesempatan kedua dari-Nya?

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.(Faathir:29)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al-Qasash : 77). ALLAHU AKBAR !!! - SN-
 

Dari Gerakan ke Negara

 Tugas DM2 (Dauroh Marhalah 2)
30 Agustus 2012
Hijrah dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW adalah sebuah metamorfosis dari “gerakan” menjadi negara. Rasulullah melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis, dimana Islam menjadi jalan hidup individu, dimana Islam “memanusia” dan kemudian “memasyarakat”. Sekarang melalui hijrah, masyarakat bergerak linear menuju negara. Melalui hijrah, gerakan itu “menegara”.
            Perubahan sosial mempunyai landasan pada sifat natural  manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Model perubahan selalu gradual dan bertahap, prosesnya cenderung evolusioner tapi dampaknya lebih cenderung bersifat revolusioner. Inilah makna firman Allah SWT. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11).
            Dalam konsep politik islam, syariat yang disebut sistem atau hukum merupakan suatu given. Negara merupakan institusi yang diperlukan untuk menerapkan sistem. Sehingga dalam penjelasan ini akan menerangkan perbedaan mendasar dengan negara sekuler, dimana sistem/ hukum mereka adalah hasil dari produk kesepakatan bersama karena hal tersebut sebelumnya dianggap tidak ada.
            Negara merupakan sebuah peradaban, dimana institusi negara dalam konsep islam ialah sarana untuk menegakkan sebuah peradaban. Negara bukanlah sebuah akhir, justru merupakan awal dari sebuah peradaban. Manusia adalah subyek, negara adalah institusi, dan peradaban adalah karyanya. Nasionalisme yang menjadi ruh dari konsep negara-bangsa mulai memudar dan nasionalisme religius muncul sebagai alternatif baru di negara-negara islam. Permasalahan negara bukan merujuk pada bentuk, tapi pada konsep kekuasaan, dan misi yang akan diemban yang bisa merujuk pada ideologi atau kepentingan.
            Manusia untuk sebuah cita-cita, manusia muslim harus direkonstruksi ulang dalam tiga tahapan dimana yang pertama memperbaharui afiliasinya kepada islam kembali, memperbaharui keislaman dengan memperbaiki pemahamannya pada islam, dan partisipasi paling optimal dalam memberikan kontribusi kepada islam.
            Proyek sekularisasi gagal di dunia islam, dapat dijelaskan dalam dua perspektif yaitu akidah dan rasio. Secara akidah, kegagalan hanyalah pembuktian empiris dari janji Allah SWT. Penjelasan rasionalnya yaitu kekuatan sekuler tidak bersumber dari dunia islam tapi dari Barat atau dari Timur, rezim-rezim diktator telah menciptakan penderitaan rakyat yang panjang, kegagalan membangun telah menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap janji-janji modernisasi, gerakan tidak pernah sanggup membawa konsep-konsep pemikiran yang original, komprehensif, berlandaskan metodologi yang kokoh, dan output empiris yang sukses. Itulah, disamping karena secara substansial memang kosong, secara struktural gerakan ini sangat rapuh.
            Pemimpin sesuai era dakwahnya, nampaknya memang ada kesulitan bagi sebagian besar pemimpin Islam saat mempersepsi perjalanan dua entitas secara berbeda yaitu entitas negara dan gerakan islam. Dalam periode dakwah saat ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang kuat dan memiliki kemampuan kepemimpinan yang mumpuni untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Selain itu, pemimpin juga tentu seorang demokrat yang memberi ruang gerak yang luas dan nyaman bagi umat islam yang tumbuh dan berkembang sekaligus memiliki empati terhadap harakah dan memberikan ruang partisipasi yang besar dalam proses pengelolaan negara. Harakah harus memainkan peran sebagai pelopor koalisi besar kekuatan Islam dan reformis, sekaligus sebagai match-maker (penyelaras) dalam koalisi.
            Hasan Al-Banna, memang tidak sempat menyelesaikan seluruh agenda kebangkitannya. Namun ia telah memulainya dengan benar sesuai tahapannya. Sebagian organisasi islam mati bersama matinya pemimpinnya. Tapi tidak bagi ikhwan. Walaupun Al-Banna merupakan legenda, sebuah organisasi harus tetap dikelola dengan sistem. Ia telah merancang sistem hingga sistem ini bekerja bahkan setelah ia syahid.
            Penjelasan Dari Gerakan ke Negara merupakan penjelasan yang sangat komprehensif, dimana menjelaskan dari tahapan penegakan negara oleh rasulullah, hingga kebangkitan dakwah rasulullah zaman Hasan Al-Banna dan masa reformasi indonesia serta wacana-wacana politik barat dan manajemen transisi dalam menata ulang taman Indonesia. Dari Gerakan ke Negara dalam penyampaiannya terlalu fluktuatif sehingga kata-kata agak sulit dipahami. Manusia adalah subjek, negara adalah institusi, dan peradaban adalah karyanya. Manusia, peradaban, dan model negara seperti apakah yang mampu mewujudkan cita-cita mulia bagi rahmatan lil ‘alamin? Anda sedang mempersiapkan diri menjadi model manusia sebagai subjek bagi terlahirnya sebuah negara dan peradaban yang penuh kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan. Kader dakwah yang mempersiapkan diri membangun negara dari sebuah gerakan. –SN-