BREAKING

Sabtu, 04 Maret 2017

Sekarung Mimpi


Aku pernah menjadi seorang perempuan dengan setumpuk mimpi menggunung. Menjadi seorang ibu dengan kriteria begini begitu. Melakukan A,B,C,D hingga Z demi sebuah sosok kriteria ibu ideal era sosial media. Aku pernah merasa begitu sok tahu semuanya dapat dengan mudah kujalani. Namun, nyatanya ada hal-hal yang hanya mampu kupelajari tapi tak mampu kujalani. Bukan karena aku tak mencoba, tapi begitulah keadaannya. Ketika aku terus memaksakan keinginanku, kemampuan itu justru semakin menjauh. Ketika aku terus memaksakan kehendak, apa yang kuharapkan ternyata semakin menjauh dari kenyataan.

Lalu, aku belajar. Terkadang, kita memang harus pause menjalani hidup ini. Tidak hanya ada satu cara untuk mencapai sesuatu. Ada waktunya, satu cara terbaik tak bisa kita lakukan, dan kita harus menurunkan standard kita dengan cara yang kedua. Apakah lantas kita bodoh dengan hal yang demikian? Dulu aku juga berpikir begitu. Sampai aku menyadari satu hal. Bahwa seorang ibu bodoh adalah ia yang terus memaksakan diri untuk menjadi kriteria ibu ideal, padahal hatinya tidak bahagia. Begitulah aku belajar menerima.

Dulu, aku adalah perempuan dengan ambisi sebanyak biintang di langit. Ingin kuliah lagi. Ingin jadi penulis dengan begini begitu. Ingin travelling ke berbagai negara. Dan sebagainya. Aku bekerja keras untuk itu semua. Aku ingin semuanya tercapai sempurna. Aku tak peduli jika harus sakit. Tapi, keadaan ini berbeda. Hidupku sekarang bukan hanya tentang aku seorang.

Ketika aku ingin sesuatu hal, maka sangat sering, sesuatu yang lain kukorbankan. Hingga proses memilah dan memilih itu menjadi sesuatu yang menyakitkan. Nyatanya, aku tidak bisa mencapai semuanya dengan sempurna.

Lalu, dari sesosok suami yang sangat tenang, aku mulai mengerti, bahwa mengejar itu semua tak perlu menjadi ambisius. Pelan-pelan saja. Berusaha. Tanpa perlu ngotot semuanya harus tercapai. Terkadang, motivasi berlebihan memang membuat kita tidak sadar telah mengatur Allah agar sesuai mau kita. Ah, sungguh. Padahal Allah punya mau sendiri. Allah punya jalan sendiri. Tugas kita hanyalah berusaha mencapai mau kita, sekaligus menerima dengan lapang jika mau kita bukanlah apa yang dimau Allah.

GOODBYE LETTER - SUGIARTI NORVIA

Dear All,


After 2,3 years of service with PT. Dipa Puspa Labsains, Feb 28th, 2017 is my last day. Since I made this decision, I have had some time to reflect on my time spent here and what I came up with is pretty simple : I enjoyed working here. I've enjoyed adapting into many people throughout the organization. I've enjoyed tackling the different challenges presented to me. But, most importantly, I've enjoyed developing both professional and personal relationship with all of you.

You have all,in one way or another, helped mentor and guide me throughout my career. For all of this guidance, I will be forever thankful. I am grateful for the friendship which, no doubt, will last a lifetime.

I would like to thank you :

-My Bosses : Mr. Utoyo, Mr. Haryanto, Mrs. Sianita, Mr. Rahadyan, Mr. Budi Nusatio, Mr. Jimmy, Mrs. Khairunnisa


- Our Principal :
- Tintometer GMBH : Marisa Levo, Sam Chui, Sandra Krussig, Matthias Reindel.
- Tintometer LTD : Matthew Russell, Barry Coombes, Karen Stockwell


- All of DPL Sales & marketing team , Service Department, Admin, Customer services, PPIC & import team, RA team, Logistic team, BD team, General Affairs..and all my colleagues that I can't mention one by one.


I hope our paths cross in the near future so we can reminisce about all the good times we had. I also want to appology for every mistakes and misunderstanding which happened in the past.

Once again, my husband join me in thanking you for everything.
You will always be remembered. My very best wishes for all of you and the company as well.


Please do not take this email as a farewell email, hopefully we still keep in touch, and you may reach me at :
my private mail : norvia.sn@gmail.com
my phone : +62 85740554054



Warmest Regards,


Sugiarti Norvia
Product Executive - Environmental