BREAKING

Kamis, 02 Februari 2017

Senja Memerah


Tadi, senja kembali memerah.

Seperti membuka cerita yang dibawa angin. Seperti hendak berkelakar pada teratai di pertengahan danau. Seperti hendak bercerita tentang jernihnya air. Namun juga membariskan lagi harapan-harapan sembunyi.

Tadi, senja memerah lagi. Ia berpesan padaku tentang rindu bulan yang lama tak kujamah. Juga tentang kita yang selalu ada. Ia berkedip memujiku yang mengaku bisa mengurai kenangan menjadi kekuatan. Ia berbisik tentang dimana rindu selama ini saling sembunyi. Ia bercerita tentang langit yang masih menunggu untuk mempersembahkan malamnya hanya pada bulan. Bukankah begitu janji langit dulu pada sang Robb? Senja mengingatkanku bahwa malam yang dinanti bulan itu ada.

Senja mengingatkanku pada rasa kasih bulan yang meluap pada bintang, juga tentang cara langit menentramkannya. Senja memintaku untuk sekedar menatap bulan malam ini.

Senja memerah itu masih saja memotret ujung penaku dan penamu yang bertemu dalam paduan ilustrasi dan rangkaian huruf penuh rindu.

Salam dari senja.

Senja itu kita duduk bersama menunggu pertemuan bulan dan langit malam. Percayalah, langit malam sejatinya membentang untuk bulan. Bukankah hanya bulan yang diizinkan langit untuk membentuk fase yang berbeda di tiap siklusnya?

Purnama akan tiba, tunggu saja. Ini hanya soal kekuatan hati. Nanti kita akan menyadari, malam masih akan tetap menentramkan, dimana seseorang yang membersamaiku sepanjang hidupku, adalah dirimu...

Terimakasih atas segalanya zauji........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Termakasih atas pesannya.. Mari tulis yang baik :)